Friday, July 1, 2011

Memorable Flight:: CGK-SOC by GA 224 C Class!

Setelah selalu berharap bisa 'mencicipi' pesawat Boeing 737-800NG anyar milik Garuda Indonesia (dan hasilnya selalu nihil)...
Akhirnya datanglah ni'mat dari Allah berupa kesempatan menaiki pesawat tersebut di Executive Class dengan pelayanan yang top banget, serasa menaiki private jet...
Dan inilah perjalananku ke The City of Batik untuk kesekian kalinya menggunakan Garuda Indonesia...

ITINERARY DETAILS
Airlines         : GARUDA INDONESIA
Flight no       : GA 224
Route            : CGK-SOC
Aircraft         : Boeing 737-800NG PK-GMN
Seat               : 2F

CHECK-IN
Suasana SHIA sore itu cukup padat, terbukti bahwa antrian check-in mengular, bahkan antrian di counter executive class juga cukup padat. No picts pas check-in karena sibuk ngurusin bagasi yang seabrek. Request seat 2F, dan mendapat Lounge Invitation ke Garuda Executive Lounge yang menurutku desainnya biasa banget dan nggak ada kesan eksklusifnya.

GARUDA INDONESIA EXECUTIVE LOUNGE
Ramai. Aku memilih mojok di salah satu sudut dekat bar. Makan, baca koran dan akhirnya karena bosan aku menangkap beberapa objek berikut. Mendung menggelayut di langit Cengkareng...




 
BOARDING
Aku selalu memantau FID dari kejauhan. Tapi ternyata flight tujuan Solo tidak muncul juga. Karena takut ketinggalan pesawat (khawatir petugas executive lounge-nya lupa announce) aku keluar dari executive lounge dan menuju gate F4. Tiba di gate F4 ternyata tidak terpampang flight GA 224 tujuan Solo di display. Ternyata GA 224 moved to gate F6. Fyuh...untunglah aku kira aku ketinggalan pesawat atau pesawatnya delay. Ketika aku bertanya pada petugas di waiting hall "Mas, flight 224 delayed ya?". Petugas tersebut menjawab "Nggak kok mbak". Akhirnya aku menunggu bersama para penumpang economy class. Saat boarding tiba dan para penumpang economy class dengan stiker hijau dipersilahkan masuk aku tetap cuek membaca majalah. Ya iyalah, ngapain ngantri naik duluan, toh juga tempat dudukku di front cabin. Akhirnya setelah antrian tinggal sedikit, aku boarding. Aslinya aku udah nggak ngarep dapet PK-GM* atau PK-GF* karena memang Solo bukan rute yang load traffic. Tapi ketika aku berjalan menuju garbarata...hmmm...ternyata keberuntungan berpihak kepadaku...PK-GMN pesawat anyar Garuda dengan AVoD dan interior baru...



ONBOARD 
Setelah aku duduk manis di seat 2F, segera seorang pramugari datang menghampiri menawarkan bahan bacaan di pesawat. Lalu menanyakan welcome drink apa yang aku pilih. As usual, aku pilih jus apel. Akhirnya mbak pramugari berbaju turqoise itu menyajikan minuman pesananku.


Setelah itu...
Sebagai wong ndeso yang baru kedua kali menaiki kelas eksekutip dan pertama kalinya menaiki pesawat yang katanya berteknologi 'state of art' noraknya metu dan menghasilkan beberapa gambar di bawah ini:
\

Drop-down LCD TV yang menampilkan informasi penerbangan

Mencoba memperhatikan peringatan di depan


Kursi yang aku tempati: 2F

Seat controller

I'm the ONE and ONLY passenger on executive class

Seat pitch yang legaa...

Tampak depan

Dari kiri ke kanan: Inflight magz, inflight shopping dan entertainment guide

Peta perjalanan kita kali ini

Pemandangan ke luar jendela

Ouch! Ternyata 738 NG yang baru ini sudah punya touch-screen panel rupanya
2 pesawat Mandala yang berdiri muram dibawah tangisan langit

Remote controller


Snack kita sore ini, ditemani oleh secangkir teh

Mendung diluar

Siluet gunung-gunung dibalik mendung

Suasana cabin executive class yang kosong karena hanya ada 2 pax
Sepercik senja dibalik gunung yang kokoh

Motif anyaman yang unik

I Love Garuda Indonesia's Nature Wings Livery!





 





My First Experience with Batavia Air

Batavia Air dengan livery barunya

Setelah selama ini selalu berpergian dengan maskapai 'plat merah' alias Garuda Indonesia kini saatnya aku mencoba maskapai swasta Indonesia yaitu Batavia Air. Dari komen-komen yang aku baca sih, katanya Batavia Air adalah maskapai kelas 'nanggung', dibilang middle service nggak soalnya servicenya cuma air putih  sama roti manis tanpa isi tapi dibilang LCC juga nggak, soalnya Batavia Air masih menyediakan snack buat penumpangnya. Berikut ini flight detailsnya:

Airlines   : Batavia Air
Flight No : Y6-302
Route      : CGK-SOC
Aircraft   : Boeing 737-400 PK-YTE
Seat no   : 26F

 Oke, ini first flightku bersama Batavia Air tapi sayangnya no picts sama sekali (kamera lagi nggak ada batere), dan sayangnya first flight ini datar-datar aja dan nggak berkesan seperti first flightku bersama Sriwijaya Air 3 tahun silam (apa karena terlalu 'ngarep' kali ya gara-gara seringnya pake Garuda Indonesia).

Perjalanan di mulai siang itu di Adi Soemarmo 'International' Airport Solo (aslinya masuk area Boyolali). Tiba di bandara aku langsung ke konter tiket Batavia Air buat cetak E-Ticket soalnya aku beli lewat B2C alias online booking. Proses check-in berlangsung standar, setelah check-in aku langsung bayar PJP2U dan menuju ke Sriwedari Executive Lounge bersama ayahku menggunakan kartu BCA Prioritas dan Indosat VIP.

Boarding Pass yang Polos
Menurut schedule, pesawat harusnya berangkat jam 14.45 dan menurut monitor FID di lounge penumpang Y6-302 boarding jam 14.15, namun ketika jarum jam menunjuk ke angka 2 alias pukul 14.00, nggak ada tanda-tanda pesawat landing. Baru 5 menit kemudian, Garuda Indonesia dengan Boeing 737-800NG PK-GE* dengan livery lama mendarat, padahal jadwal kedatangan pesawat ini setelah pesawat Batavia Air yang akan aku tumpangi.

Akhirnya pada pukul 14.15 datanglah pesawatku, sebuah Boeing 737-400 dengan nomor registrasi PK-YTE dan livery baru Batavia Air(padahal sempat mengharap yang datang adalah Airbus A319 atau A320 soalnya seumur-umur aku belum pernah menggunakan pesawat Airbus). Dan tahukah kawan-kawan, sekitar 15 menit kemudian terdengar panggilan boarding untuk penumpang Garuda Indonesia disusul dengan panggilan boarding untuk Batavia Air Y6-302 tujuan Jakarta! Ya ampun...sumpah cepet banget!

Segera saja aku dan ayahku keluar dari executive lounge dan masuk ke ruang tunggu. Disana sudah ada 2 antrian yang mengular, antrian di gate 3 untuk penumpang Garuda Indonesia dan antrian di gate 4 untuk penumpang Batavia Air. Oh ya, sekarang di ruang tunggu Bandara Adisoemarmo Solo dipasang partisi kaca untuk menghubungkan terminal domestik dengan terminal internasional sehingga untuk penumpang yang pesawatnya diparkir di terminal internasional nggak perlu boarding lewat ruang tunggu terminal internasional.

Akhirnya aku masuk kedalam pesawat Boeing 737-400 yang menurut airfleets dibuat tahun 1991 dengan Malaysia Airlines sebagai pemilik pertama. Nggak ada sambutan apapun oleh pramugari yang ada di galley depan. Suasana kabin standar khas Boeing 737 classic lah, tapi kursi pesawat sepertinya diganti kulitnya dengan livery Batavia Air berwarna biru dan sarung headrest orange dengan tulisan 100% cinta Indonesia seperti milik Lion Air.

Tiba di seat 26F, ternyata kulit kursi baru tidak menandakan bahwa joknya juga baru. Uff, ternyata joknya kempes banget. Maklumlah, pesawat uzur. Saran untuk Batavia, kalau ganti livery pesawat, ganti kulit kursi jangan lupa isi busa jok yaa... Inspeksi kantong kursi, kantong kursiku hanya berisi 2 safety card, SERIUS 2 SAFETY CARD tanpa inflight magazine, katalog inflight shopping ataupun airsickness bag. Buat apa coba double safety card tanpa bahan bacaan.

Ternyata, Batavia Air push back lebih dahulu dari Garuda yang datang lebih awal. Dan akhirnya, Batavia take off lebih awal dari Garuda. Pesawatku akhirnya take-off kira-kira pada pukul 15.00. Setelah fasten seat-belt sign off pramugari dengan menggunakan celemek hitam segera membagikan air minum dan roti manis dengan keranjang bukan trolley seperti normalnya meal serving. Ya ampun, baru pertama kali ini aku lihat meal serving di pesawat menggunakan keranjang, bahkan AdamAir yang hanya membagikan air mineral masih 'waras' menggunakan trolley. Dan uniknya pula, tidak ada snack box, air minum dan roti diletakkan begitu saja dengan tissue di atas meal tray (walaupun aku udah tau hal ini dari dulu tapi tetep aja aneh kesannya).  Ckckck... simpel banget ya Batavia Air. Sampai-sampai ayahku berkomentar "Bagiin makanannya kaya rombongan piknik bus pariwisata aja". Karena aku tampak bosen tanpa bahan bacaan (maklum kutu buku nih), ayahku meminta seorang pramugari untuk membawakan inflight magazine.

Akhirnya, pramugari tersebut datang sambil membawa inflight magazine yang udah lecek banget. Tapi bagus sih, daripada aku harus bengong sepanjang flight ini. Ritual mengumpulkan bungkus makanan sebelum landing di Batavia Air rupanya lebih 'simpel' lagi, tidak seperti airlines lainnya yang menggunakan trolley atau nampan kecil, pramugari Batavia secara 'blak-blakan' mengumpulkan bekas gelas air mineral dan plastik roti dengan plastik putih transparan.

Akhirnya pesawatku mendarat di SHIA alias Soekarno-Hatta International Airport pada pukul 16.00 tepat dari schedule yang harusnya 15.45

Dan opiniku tentang Batavia Air, memang benar komentar orang-orang kalo Batavia Air itu 'nanggung'. Middle service nggak tapi LCC nggak, walaupun di mata pemerintah Batavia Air masuk kategori middle service tapi kalau menurutku Batavia lebih condong menjadi LCC yang 'lumayan baik' mau ngasih snack dan pengamatanku Batavia Air ini banyak berkiblat ke AirAsia seperti Boarding Passnya, Luggage tag dan penyebutan penumpang sebagai 'tamu'. Saranku buat Batavia Air, please concern dong mana segmen yang dituju, apakah middle service atau LCC, dan aku yakin kalau Batavia concern ke segmen middle pasti bagus, karena sebentar lagi (niatannya) Sriwijaya Air mau 'melompat' menjadi full service seperti Garuda Indonesia. Ok deh, thanks buat Batavia Air yang udah mengantarkan aku dan ayahku ke Jakarta dengan selamat =)

Bangkitlah Mandalaku:: Remembering our beloved Mandala Airlines

Mandala Airlines, siapa tidak mengenal sama maskapai yang satu ini? Dinobatkan sebagai maskapai swasta tertua yang masih tersisa di bumi pertiwi ini, nama Mandala terukir di hati para pelanggannya yang loyal. Semua sepakat bahwa Mandala Airlines pantas menjadi maskapai swasta terbaik di Indonesia. Namun, pada tanggal 13 Januari 2011, tiba-tiba dunia penerbangan Indonesia dikejutkan dengan berhenti beroperasinya Mandala. Ternyata, Mandala terlilit hutang yang begitu banyaknya. Termiinal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta tiba-tiba lenggang, pesawat-pesawat Mandala dikembalikan ke pihak lessor. Hingga saat posting ini diturunkan, proses restrukturisasi belum selesai dan nasib Mandala belum jelas. Harapanku Mandala lekas bangkit kembali dan pemilik saham yang baru cukup bijak untuk tidak mengganti nama Mandala dan identitasnya yang  merupakan bagian dari sejarah dunia penerbangan Indonesia

MANDALA AIRLINES-EARLY YEARS 

1978


.
MANDALA AIRLINES-90's to early 2000














MANDALA WITH FRESH CORPORATE IDENTITY








 
Mandala Airlines dengan livery 40th anniversary yang kupotret di Bandara Ahmad Yani Semarang



  Bangkitlah Mandala, jangan sampai engkau hanya tinggal kenangan menyusul Bouraq Indonesia Airlines dan Sempati Air, biarkanlah kami meihatmu lepas landas lagi menyongsong langit biru...


Sumber gambar: airliners.net. mandalaair.com, wikipedia,koleksi pribadi dan berbagai sumber.